Bojonegoro, sidik nusantara – Tidak pernah terbayangkan dalam benak Masrini (37), warga asli Desa Malo, Kabupaten Bojonegoro ini jika suaminya harus menjalani cuci darah. Perasaan sedih selalu berkecamuk dalam hati Masrini. Namun untungnya, Masrini sekeluarga telah menjadi peserta Jaminan Kesehatan nasional (JKN) selama tujuh tahun terakhir. Ia pun sangat terbantu karena biaya pengobatannya dijamin penuh oleh BPJS Kesehatan. Masrini selalu rutin menemani suaminya untuk menjalani cuci darah dua kali dalam seminggu. Ia berharap suaminya kembali pulih dan dapat beraktivitas seperti biasanya.
“Bagaimanapun keadaan ini harus kami terima dengan rasa ikhlas dan sabar. Dulunya suami saya kerja di salah satu pabrik di luar Kabupaten Bojonegoro. Mungkin padatnya aktivitas membuatnya lupa menjaga kesehatan. Termasuk sering menahan buang air kecil dan hal itu yang menjadi salah satu penyebab utamanya. Hingga akhirnya saya membawa untuk berobat ke faskes tingkat pertama dengan menggunakan layanan JKN,” ujar Masrini saat ditemui pada Jumat (20/09).
Masrini hanya bisa menahan perih ketika dokter mendiagnosa Muhadi (47), suaminya mengalami gagal ginjal. Dokter pun menyarankan jika suaminya harus menjalani tindakan cuci darah. Dengan memanfaatkan layanan JKN, cuci darah suami Masrini dapat dijamin penuh. Tidak serupiah pun Masrini harus mengeluarkan biaya.
“Dua kali dalam seminggu selama enam tahun, suami saya telah menjalani cuci darah. Apalagi kondisi perut yang sudah membuncit karena tidak bisa buang air kecil selama tiga tahun. Hal itu karena batu ginjal yang menyumbatnya sehingga mukanya pun semakin tirus dan pucat. Hidup suami saya hanya menggantungkan mesin cuci darah dan layanan JKN tidak pernah meninggalkan kami. Pelayanan JKN yang tidak rumit sangat membuat kami tenang sebagai pesertanya,” ungkap Masrini yang merupakan buruh tani ini.
Masrini juga menceritakan jika ia tidak pernah mendapatkan diskriminasi layanan dari rumah sakit yang menangani. Suaminya diperlakukan dengan baik, terlebih dukungan penuh di berikan oleh dokter dan perawat di ruang hemodialisis. Bagi Masrini sekeluarga, Program JKN adalah layanan ajaib yang dapat merangkul pesertanya sampai ke tingkat bawah. Tetangganya pun sudah banyak yang terdaftar menjadi peserta JKN.
“Beberapa waktu yang lalu suami mengalami kondisi yang kurang bagus. Hingga akhirnya ia harus menjalani rawat inap selama tiga hari. Dengan sabar, dokter dan perawat memberikan penanganan yang baik pada suami saya. Kiranya penyakit suami saya ini dapat menjadi pelajaran jika pola hidup sehat harus di bangun sejak dini. Apalagi saat ini layanan JKN telah sangat mudah dan tidak rumit. Tinggal menunjukkan Kartu Tanda Penduduk (KTP) saja sudah langsung dilayani,” ujar Masrini.
Selanjutnya Masrini berharap jika layanan JKN yang sudah baik ini dapat terus dipertahankan. Terlebih antrean online melalui Aplikasi Mobile JKN telah dihadirkan agar waktu tunggu peserta di fasilitas kesehatan tidak terlalu lama. Melalui Aplikasi Mobile JKN, Masrini juga tidak perlu antre ke kantor BPJS Kesehatan hanya untuk mengubah lokasi Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP). Ia juga rajin untuk memanfaatkan fitur-fitur Aplikasi Mobile JKN.
“Pesan saya, jangan menunggu saat sakit baru mendaftar menjadi peserta JKN. Bisa jadi dengan mendonasikan iuran JKN setiap bulannya, kita malah semakin sehat. Sebagai salah satu bentuk sedekah bagi yang membutuhkan biaya pengobatan. Saya sangat berterima kasih banyak pada BPJS Kesehatan yang telah membantu suami saya. Dan prinsip gotong royong telah saya buktikan melalui layanan JKN ini,” ujar Masrini. (Guh/Red)