Bojonegoro, sidik nusantara – Nurul Aini (35), warga Desa Kapas, Kecamatan Bojonegoro sangat menyadari sekali jika layanan kesehatan tersebut sangat berguna baginya dan keluarga. Sang Ibu, Siti (55) telah menggunakan layanan JKN tersebut untuk cuci darah selama hampir 1,5 tahun. Aini pun mengakui jika tanpa mengandalkan layanan JKN tentu biaya yang dikeluarkan akan sangat besar.
“Awalnya saat dokter menyatakan ibu harus cuci darah, terbersit berapa nantinya jumlah biaya yang akan dikeluarkan. Ternyata layanan JKN menjamin penuh semua biayanya dan kami sekeluarga pun tidak lagi khawatir. Sikap petugas di ruangan hemodialisa juga sangat ramah dan selalu memberikan dukungan agar ibu tetap kuat. Saya akhirnya berpikir jika iuran yang dibayarkan setiap bulan apabila dihitung-hitung masih sangat kurang untuk membiayai layanan cuci darah ini. Sehingga kami sekeluarga sangat bersyukur menjadi peserta JKN,” jelasnya, Kamis (14/08).
Aini juga menceritakan awal sang ibu harus menjalani cuci darah karena dipicu oleh penyakit hipertensi. Pola hidup sehatnya yang kurang teratur seperti tidur yang kurang teratur akhirnya membawa dampak buruk.
“Saat itu ibu mengaku sulit sekali jika mau tidur malam. Selanjutnya setelah periksa ke faskes tingkat pertama, tekanan darah ibu cukup tinggi yaitu 190/100 mmHg. Tidak hanya itu, ibu juga mengalami diabetes yang mencapai 400 mg/DL. Tentunya kondisi kesehatan ibu sangat tidak baik dan harus segera mendapatkan tindakan,” kata Aini.
Ia menuturkan bahwa selama 10 tahun menjalani pemeriksaan di fasilitas kesehatan tingkat pertama maupun lanjutan, layanan JKN tetap menjadi andalan keluarganya. Ia menjelaskan bahwa obat yang dikonsumsi ibunya setiap hari tidak boleh terputus karena jika lalai, kondisi sang ibu bisa langsung drop, sehingga disiplin minum obat menjadi kunci menjaga kesehatan. Ia juga menyadari bahwa apabila keluarganya belum terdaftar sebagai peserta JKN, biaya berobat selama itu tentu akan sangat besar.
Selanjutnya, Aini menceritakan bahwa ibunya menjalani tindakan cuci darah sebanyak dua kali dalam seminggu. Ia juga mengatakan jika setelah menjalani layanan cuci darah, kondisi ibunya menjadi tampak segar dan bugar.
“Layanan cuci darah bagi ibu tentu sebagai penopang hidup yang tidak ternilai. Melihat semangatnya setiap kali cuci darah, kami sekeluarga pun ikut bersemangat. Ibu juga tidak mengonsumsi sembarang makanan demi menjaga kesehatannya. Aktivitas kesehariannya sebagai ibu rumah tangga masih dilakukan dengan sempurna dan penuh semangat,” katanya.
Tak lupa, Aini telah memanfaatkan antrean online saat berobat ke faskes yang ia unduh melalui Aplikasi Mobile JKN. Menurutnya, antrean tersebut sangat membantuna agar tidak menunggu lama di faskes. Apalagi, beberapa kali ia mengaku dibantu oleh BPJS Siap Membantu (BPJS Satu) yang selalu solutif dan komunikatif.
“Kami sekeluarga merasakan jika layanan JKN saat ini sangat mudah dan parktis. Terlebih antrean online melalui Aplikasi Mobile JKN sangat membantu kami agar tidak lama menunggu di faskes. Tinggal daftar saja melalui aplikasi tersebut dan kami datang menyesuaikan nomor antrean yang telah didapat. Petugas administrasi juga tidak pernah meminta kami untuk mengumpulkan administrasi berupa fotokopi berkas seperti Kartu Keluarga (KK) dan Kartu Tanda Penduduk (KTP),” tambah Aini.
Ia menyampaikan bahwa dirinya merasa beruntung menjadi peserta JKN karena mendapatkan layanan kesehatan yang praktis, mudah, dan tidak rumit. Ia juga mengungkapkan rasa terima kasih kepada BPJS Satu yang selalu menunjukkan empati serta membantu peserta. Menurutnya, informasi yang diberikan sangat akurat dan mampu menciptakan rasa tenang.
Aini juga menyampaikan apresiasi atas sikap luar biasa dari fasilitas kesehatan yang melayani ibunya. Ia tidak merasakan terjadi diskrimasi selama ibunya menjalani layanan cuci darah. Menurutnya semua pasien diperlakukan sama dengan dukungan penuh yang tiada henti.
Ia menuturkan bahwa demi menjaga kondisi ibunya tetap bahagia, ternyata pihak fasilitas kesehatan juga memberikan dukungan. Dokter dan perawat di ruang hemodialisis selalu menunjukkan sikap ramah dan kekeluargaan, sehingga saat ia mengantar ibunya yang rutin menjalani cuci darah setiap minggu, suasananya terasa seperti bersama keluarga, termasuk dengan beberapa pasien hemodialisis lainnya.
“Terima kasih banyak BPJS Kesehatan yang telah membantu biaya pengobatan dan layanan cuci darah selama ibu dirawat. Terlebih pada fasilitas kesehatan yang dengan penuh empati selalu memperhatian ibu saya. Semoga layanan JKN kedepannya bertambah bagus dan semua masyarakat sudah terdaftar menjadi pesertanya,” tutupnya. (Red)