LBH NVNJ Cak Sholeh Malang Raya, Dukung Warga Temas Resah Akibat Dampak Pembakaran Sampah

BATU,Sidik Nusantara – Warga Jl.Patimura, RT 09, RW 07, Kelurahan Temas, Kecamatan Batu, Kota Batu, resah atas adanya sampah dan tempat pembakaran sampah yang menggunakan tungku.

Saat ini dengan adanya pembakaran sampah tersebut, sudah banyak keluhan dan berdampak bagi warga sekitar. Sehingga banyak warga dilingkungan setempat, yang memprotes dikarenakan asap pembakarannya terlalu tebal juga ada bau hingga sampai masuk kedalam rumah – rumah.

Ketua LBH (Lembaga Bantuan Hukum) No Viral No Justice (NVNJ), Cak Sholeh Malang Raya, Alex Yudhawan, saat di konfirmasi mengatakan, pembakaran sampah merupakan salah satu kebiasaan buruk dimasyarakat, cara ini dianggap jalan pintas untuk menyingkirkan tumpukan sampah yang menjadi sarang penyakit, padahal membakar sampah justru dapat menimbulkan masalah bagi kesehatan.

“Asap sampah menghasilkan karbon monoksida dengan muatan partikel halus dioksin furan, yang mengandung zat yang sangat berbahaya dan beracun ketika dihirup manusia, dimana dapat menimbulkan penyakit paru – paru, ispa, sesak nafas, asma, bronkitis, penyakit jantung dan kanker,” ucapnya, Kamis (23/10/2025).

Kendati anak – anak, orang tua, penderita penyakit kronis adalah yang paling rentan terhadap asap dari pembakaran sampah.

“Dalam situasi seperti ini pemerintah seharusnya melakukan sosialisasi dan pengawasan terhadap masalah pembakaran sampah dengan mengedukasi masyarakat tentang bahayanya pembakaran sampah terhadap kesehatan (polusi udara) dan lingkungan, karena berdasarkan Undang – Undang Nomor 18 tahun 2008 tentang pengelolaan sampah, yang melarang adanya pembakaran sampah yang tidak sesuai persyaratan teknis dan bisa dikenakan sangsi denda atau pidana. Selain itu, menurut saya pembakaran sampah yang mengunakan tunggku di RT 09 / RW 07 Kelurahan Temas sebaiknya dipindahkan saja,” tegas, Alex tampak geram.

Sementara itu, Warga setempat saat ditemui lokasi, Maria Ulfa (33 th), menyebutkan bahwa adanya pembakaran sampah yang menggunakan tungku asapnya sangat mengganggu saluran pernafasan.

“Anak saya yang masih kecil sakit dan batuk – batuk setelah diperiksa oleh dokter RS Islam untuk kali pertama dan kali kedua saya bawa ke RS Hasta Brata terindikasi terserang ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut) atau Broncohemania,” ucapnya.

“Awal berdirinya pembakaran sampah tersebut, tidak ada sosialisasi kepada warga setempat dan sempat kita tanyakan sifatnya hanya sementara saja,” tandasnya, yang sudah tingal disitu lebih dari 15 tahun yang lalu.

Dampak pembakaran itupun, yang dikatakan oleh Devi Eka Rahmawati (33 th), warga RT 09, RW 07 sangat mengganggu aktifitasnya yang berprofesi sebagai penjual makanan.

“Bau asap tak sedap banyak lalat hijau yang sangat mengganggu pembeli makanan saya. Saya tingal disini lebih dulu, dari pada pembakaran sampah yang ada disebelah rumah saya,” tegasnya, sembari kecewa.

Dia tegaskan, aktifitas pembakaran sampah menggunakan tungku biasanya dilaksakan jam 17.00 WIB, sudah mulai ada asap hitam merajalela ke rumah-rumah warga setempat.

“Asappun menjalar sekitar 5 sampai 30 meter dari rumah warga setempat, lalu pembakaran sampah asapnya biasanya sampai pagi masih belum hilang,” jelas ibu rumah tangga ini, seraya bersedih.

Tak hanya sepihak saja yang merasa terganggu, ibu rumah tangga, Defri Surya Pramesti (28 th) juga mengeluh atas pembakaran sampah tersebut yang mengganggu kesehatan anaknya yang berusia 4 tahun, karena juga mengalami batuk-batuk berdahak selama adanya pembakaran sampah menggunakan tungku tersebut.

Pernyataan tegas tersebut, juga dibenarkan oleh Ibu Reni Kurnia Widy, bahwa apa yang disampaikan oleh warga setempat dan juga tentangannya ada sebuah kebenaran.

“Artinya dengan adanya aktifitas pembakaran sampah mengunakan tunggku, tentunya asapnya sangat menggangu. Hal ini perlu ada perhatian dari pemerintah bagaimana baiknya untuk masyarakat, apa lagi selain dekat dengan pemukiman rumah warga pembakaran sampah mengunakan tunggku tersebut, juga bersanding dengan taman hutan kota,” tandasnya.

Terpisah, Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Batu, Dian Fachroni, saat dikonfirmasi juga mengatakan dalam hal praktik penanganan sampah dengan cara pembakaran melalui tungku berbeda dengan penanganan sampah melalui teknologi thermal (incinerator).

“Efek dari pembakaran sampah yang tidak standar dan tidak dalam pengawasan ketat akan berdampak dengan kualitas udara. Komposisi sampah di Kota Batu dengan 60% sampah organik, 20% sampah anorganik, dan 20% residu dapat dilaksanakan proses pengolahan sampah dengan optimalisasi Bank Sampah, Composting, daur ulang, dll sehingga mereduksi penanganan sampah dengan cara dibakar,” ucapnya.

Waktu yang sama, Ketua DPRD Kota Batu, H.M. Didik Subiyanto, S.H, saat dikonfirmasi juga menyampaikan bahwa saat ini masih ada rapat dengan beberapa kepala OPD (Organisasi Perangkat Daerah), setelah itu nanti kita bahas bersamaan sama. (rij)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *