Bojonegoro, sidik nusantara – Tidak pernah terbayangkan dalam benak Kacung Lactona (40) harus mengalami sakit kelenjar getah bening. Gejala yang awalnya hanya sakit gigi namun lama-kelamaan terjadi pembengkakan. Kacung pun merasa panik dan khawatir sehingga ia pun langsung mendatangi Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) tempatnya terdaftar untuk segera berobat. Kacung menyadari tanpa mengandalkan layanan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) tentu biaya yang dikeluarkan sangat besar.
“Tentunya sangat bersyukur karena saya dan keluarga sudah jadi peserta JKN sejak tahun 2015. Adanya JKN ini membuat saya menjadi tenang dan tidak khawatir. Proses administrasi dari awal rawat jalan sampai dengan rawat inap tidak rumit dan memudahkan. Saat pertama kalinya mengalami kelenjar getah bening karena terjadi pembengkakan gigi dan harus ditambal sampai tiga kali. Namun lama-kelamaan pembengkakan ini semakin besar dan dokter menyatakan saya mengalami kelenjar getah bening,” kata Kacung saat ditemui pada Jumat (22/11).
Kacung kembali menjalani perawatan dokter secara intens untuk menyembuhkan pembengkakan pada salah satu giginya. Hingga akhirnya ia pun di nyatakan mengalami tumor gigi. Namun cobaan datang kembali, sebab tak lama berselang, ia dinyatakan oleh dokter mengalami lipoma dan tumor gigi. Ia pun terpaksa menjalani kemoterapi.
“Pada akhirnya sebelah tangan saya mengalami lumpuh. Dokter dan perawat yang menangani memberikan layanan dengan sangat baik, saya pun menjadi tenang. Jika tanpa menggunakan layanan JKN, tentu saja biaya pengobatan ini cukup besar. Prinsip gotong-royong yang diusung oleh BPJS Kesehatan benar-benar saya rasakan, sebab iuran peserta JKN yang sehat digunakan untuk membantu biaya pengobatan peserta yang sakit,” kata Kacung. Di sisi lain, ia juga tidak menunggu lama untuk dilayani di fasilitas kesehatan karena selama berobat, ia telah memanfaatkan antrean online.
Pria asli Desa Kepoh Agung, Kecamatan Plumpang, Kabupaten Tuban ini menceritakan jika selama menjalani rawat inap, ia tidak merasakan diskriminasi. Ia mengucapkan terima kasih pada BPJS Kesehatan yang telah memberikan layanan JKN secara adil dan setara. Obat yang ia konsumsi pun juga selalu tersedia di apotik dan tidak perlu menunggu lama. Para petugas rumah sakit memberikan layanan dengan sangat baik padanya selaku peserta JKN tanpa membedakan dengan pasien lainnya.
“Kalau mau berobat, saya tinggal buka Aplikasi Mobile JKN buat ambil nomor antrean secara online. Kalau nomor antrean saya sudah dekat, baru saya datang ke fasilitas kesehatan biar tidak lama menunggu. Layanan JKN sekarang ini sudah sangat bagus pelayanannya dan mengikuti perkembangan zaman. Apalagi hampir seluruh penduduk di Indonesia telah terdaftar menjadi peserta JKN. Tinggal menunjukkan Kartu Tanda Penduduk (KTP) saja, sudah langsung dapat dilayani,” jelas Kacung.
Kacung pun berharap, jika layanan JKN ini dapat berlangsung selamanya dan dapat menjangkau masyarakat luas. Ia berharap, masyarakat yang belum terdaftar menjadi peserta JKN agar segera mendaftar dan rutin membayar iurannya. Terlebih, makin lama biaya berobat makin mahal. Apabila tak menjadi peserta JKN, menurutnya akan banyak orang yang berpikir ulang untuk pergi berobat ke fasilitas kesehatan karena ketiadaan uang.
“Seberapa pun kita mampu untuk membiayai biaya berobat, namun belum tentu akan bertahan lama dengan kondisi finansial yang kita punya. Yang kaya pun lama-lama akan jatuh miskin kalau rutin keluar uang buat berobat. Terdaftar menjadi peserta JKN tentu banyak manfaat dan tidak ada ruginya. Terlebih rutinnya membayar iuran setiap bulannya walau tidak sakit tentu akan menjadi ladang amalan kita. Semoga peserta JKN diberikan sehat selalu dan layanan JKN semakin memberikan manfaatnya untuk sesama,” kata Kacung. (Red)