Kediri, sidiknusantara.com – Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) sesuai Perpres 72 tahun 2021 tentang percepatan penurunan stunting, BKKBN diberi amanah sebagai koordinator percepatan penurunan stunting pada tahun 2024 dengan target menurunan menjadi 14 persen.
“Permodelan Perwakilan BKKBN Jatim mencapai target penurunan stunting melalui target tahunan. Istilah Gendong Ngindit. Tidak semua harus turun 14 persen. Tahun 2022 di Jawa Timur prevalensi stunting bisa 23 persen, di tahun 2023, 16 persen dan di tahun 2024 di posisi 13,5 persen. Kita bersinergi, berharmonisasi, konvergen dilakukan dan diimplementasikan,” urai Kaper BKKBN Jatim, Dra. Maria Ernawati, M.M. di acara Rapat Koordinasi, Sinkronisasi, Kebijakan dan Anggaran Percepatan Penurunan Stunting di Kediri, Senin (23/5/2022).
Erna panggilan akrab Kaper BKKBN Jatim menerangkan, bahwa sosialisasi penting tapi pelaksanaan dari hulu juga tidak kalah penting. Sesuai Perpres no 72 tahun 2021. Kita melaksanakan melalui hulu. “Kita mendampingi keluarga, remaja, calon pengantin, ibu hamil, PUS (Pasangan Usia Subur). Kita memberikan edukasi dan pemahaman kepada remaja calon pengantin bahwa program ini bukan hanya program pemerintah tapi program untuk rasa memiliki keluarga,” terang Erna.
BKKBN Jatim telah membentuk Tim Pengendali DAK (Dana Alokasi Khusus). Dan terakhir Tim Pengendali DAK membantu Kabupaten Sidoarjo dalam usulan mempunyai Balai Penyuluhan KB di tahun 2023. Selain itu Kaper BKKBN Jatim menerangkan ada isu disela BKKBN sebagai pengelola program Bangga Kencana.
“Isu disela kita adanya Stunting. Berbicara stunting sangat sensitif sekali. Dalam pengelolaan stunting kita perlu sangat berhati-hati, perlu satu pendekatan khusus sesuai kearifan lokal. Stunting bukan hanya angka, tetapi kita mempunyai pekerjaan yang berat bagaimana kita bisa membangun generasi lebih unggul sesuai harapan Pemerintah di tahun 2045 Indonesia emas,” terang beliau.
“Pekerjaan kita pekerjaan yang sangat mulia, bagaimana membawa generasi kita menjadi generasi sangat luar biasa. Dan pandemi memberi pelajaran kita bagaimana bersabar dan mengejar teknologi. Ada yang kepikiran ga, bahwa setelah pandemi ini ada pekerjaan yang diluar perkiraan kita, yakni Youtuber, Content Creator. Jadi kalau kita tidak mempersiapkan generasi kita mulai sekarang, kedepan kita ketinggalan negara lain,” ujarnya.
Menurut Erna, dana dulunya ada di Provinsi. Namun, dengan adanya berbagai evaluasi, dana DAK non fisik langsung di Kabupaten/ Kota. Tim Pengendali DAK BKKBN Jatim bisa dimanfaatkan Kabupaten/Kota untuk membantu pengelolaan.
Dalam acara tersebut juga dilakukan diskusi yang dipandu oleh Sekretaris BKKBN Jatim, Nyigit Wudi Amini, S.Sos., M.Sc, didampingi Drs. Suprihandoko, MM (Kepala DP3AKB Kabupaten Jember), dr Anang Budi Yoelijanto, MM.Kes, MMRS (Kepala DP3AK2KB kab. Probolinggo) dan dr. Denik Wuriyani (Kepala Dinas Kesehatan, PP dan KB kota Madiun). (Guh/Red)