Mewujudkan Kontribusi Positif, Mas Teguh Peduli pada Petani Hutan Bojonegoro

Bojonegoro, News354 Dilihat

Bojonegoro, sidik nusantara – Suara gamelan terdengar mendayu indah diiringi lantunan merdu sinden yang menyanyikan lagu jawa membuat siapa saja yang mendengarnya akan terhanyut.

Salah satu penikmat lantunan itu adalah Teguh Haryono yang biasa disapa dengan Mas Teguh.

Dengan rasa penuh rindu akan kenangan masa kecil, Putra daerah asli Kabupaten Bojonegoro tersebut mendengarkan seksama gending pambuko uyon-uyon Karawitan Wahyu Taruna Budaya di Aula Kandang Kelompok Ternak Kedung Gondang, Desa Jono, Kecamatan Temayang.

Kebetulan, di aula tersebut sedang berlangsung diskusi para petani hutan yang berasal dari Kecamatan Dander, Bubulan, dan Temayang.

Dengan sigap, Marianto (45) Sekretaris LMDH Jati Makmur menyambut kehadiran “wong Jonegoro” yang pernah menjabat sebagai Sekretaris Jenderal (Sekjen) Persatuan Insinyur Indonesia (PII) dan juga Sekjen Asosiasi Pendidikan Keinsinyuran Asia Tenggara dan Pasifik.

Merasa gayung bersambut, Marianto memperkenalkan sosok warga asli Bojonegoro yang besar di Desa Nglumber, Kecamatan Kepohbaru kepada para petani hutan.

“Kok kebetulan ada Mas Teguh, ini pasti bisa membantu menampung aspirasi kami para petani hutan,” ungkapnya.

Dia kemudian, menceritakan bagaimana permasalahan yang dihadapi oleh petani hutan saat ini, salah satunya adalah sulitnya akses mendapatkan pupuk bersubsidi.

Dijelaskan, jika sebagai petani hutan merasa bingung dengan regulasi terkait pupuk bersubsidi yang belum jelas.

“Harapannya, ada solusi dari pemerintah yang mendukung petani hutan,” ujarnya.

Pada kesempatan yang sama, anggota warga Desa Buntalan, Supangat, turut menyuarakan harapan untuk mendapatkan dukungan dari putra daerah, mas Teguh.

“Semoga putra daerah kita dapat berdiskusi dengan kami dan membantu mengatasi masalah ini, serta mewujudkan kontribusi positif bagi petani hutan di Bojonegoro,”tukas anggota LMDH Buntalan ini.

Menanggapi hal itu, Mas Teguh merasa terketuk saat mendengar keluh kesah petani hutan. Banyak hal yang memang butuh perhatian pemerintah termasuk masalah pupuk subsidi.

“Rasanya dikasih cerita begini itu, di hati dan kepala “mak pyar” gitu. Karena saya lahir dan besar di Bojonegoro jadi ingin memberi kontribusi meski saya tidak menjanjikan menyelesaikan masalah ini,” ujarnya dengan logat khas “jonegoroan”.

Sekian tahun lalu, Teguh terpanggil saat menjabat Direktur Eksekutif PT. Tripatra Engineers & Constructors pada proyek engineering, procurement and construction (EPC) 1 Banyuurip di Kecamatan Gayam, Bojonegoro.

Bagaimana dia harus mengakomodir sekian ribu pemuda lokal agar bisa ikut terlibat di proyek migas nasional, lalu memikirkan lagi para kontraktor lokal, membangun fasilitas penghasil migas.

Dia menceritakan bagaimana semangat juang Bung Karno atau Soekarno sebagai Presiden Pertama RI menjadi pemicu semangatnya untuk belajar menjadi orang pintar hingga mampu kuliah di Institut Tekhnologi Bandung (ITB).

“Tapi apalah artinya menyandang gelar Dr, Ir, MBA, IPU, ASEAN Eng, ACPE., APEC Eng kalau tidak mampu berkontribusi bagi bangsa terutama tanah kelahiran saya,” tandas pria yang pernah berjualan pupuk eceran semasa kecil ini.

Mas Teguh yang menjabat sebagai Staf Ahli Komite Kebijakan Industri Pertahanan yang berkantor di Kementerian Pertahanan RI ini juga ikut merasakan bagaimana penderitaan para petani termasuk petani hutan tatkala kesulitan mendapatkan pupuk subsidi.

Meskipun tidak bisa dijanjikan solusi instan, dia akan berupaya menyampaikan permasalahan ini kepada pihak yang berwenang untuk mencari solusi yang tepat.

“Saya tidak berjanji, tapi akan upaya bagaimana menjembatani masalah ini dengan pihak terkait,” lanjutnya.

Mas Teguh menegaskan pentingnya peran petani hutan dalam melestarikan lingkungan dan hutan terlebih mereka telah berkontribusi dalam menjaga ketahanan pangan dan lingkungan.

“Oleh karena itu, hak-hak mereka perlu diakui dan diperjuangkan,” tegasnya.

Usai menyampaikan tanggapannya pada sekelompok petani, suara gamelan kembali berbunyi sebagai bentuk dukungan apa yang telah dikatakan.

Mendengar itu, memantik reaksi Mas Teguh yang terlena dengan alunan gamelan. Dia berpendapat, bahwa tidak hanya ketahanan pangan, kesehatan, dan energi yang perlu perhatian tetapi ketahanan budaya. Ketahanan budaya adalah adalah bagian penting dan mendasar dari ketahanan negara.

“Saya sangat mengapresiasi Karawitan Wahyu Taruna Budaya yang masih melestarikan budaya tidak terlepas dari tantangan,” pungkasnya. (Tris/Red)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *