Bojonegoro, sidik nusantara – Nur Heni Parwati (32), ibu rumah tangga asal Desa Ngawun Kecamatan Parengan Kabupaten Tuban, mengaku sangat bersyukur dirinya beserta keluarganya telah menjadi peserta aktif Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Ibu dua orang anak ini mengaku lega saat sakit tak perlu lagi bingung mencari biaya untuk pengobatan, terutama saat ibunya harus menjalani operasi sebanyak dua kali saat mengalami tumor jinak di punggung dan dubur
“Beruntung sekali saat Program JKN ini diluncurkan saat itu, seketika itu juga saya dan keluarga langsung menjadi pesertanya. Bagi kami sekeluarga, sakit memang tidak diinginkan namun ketika datang, tentu biaya pengobatan juga harus siap. Pada saat itu, ibu saya harus menjalani dua operasi sekaligus, karena ada pembengkakan di dubur dan benjolan di punggung. Tentu yang dirasakan saat itu adalah sakit yang sangat luar biasa. Saya membantunya untuk langsung berobat ke faskes yang bekerja sama dengan BPJS Kesehatan. Hingga akhirnya ibu harus mendapatkan perawatan lanjutan dirubah sakit,” papar Heni.
Selanjutnya, Heni menceritakan jika dokter dan perawat yang menangani sang ibu memberikan pelayanan yang sangat baik. Heni pun tidak mendapati jika dokter dan perawat memberikan perawatan yang tidak sebagaimana mestinya.
“Katanya ada yang bilang jika saat sakit menggunakan layanan JKN itu rumit dan lama mengantrenya. Namun hal itu tidak saya dapati saat ibu harus mendapatkan tindakan lanjutan di rumah sakit. Menuju poli bedah dengan berbekal rujukan di faskes tingkat pertama. Selanjutnya sudah dijadwalkan untuk tindakan operasi, ibu pun memenuhi jadwal yang telah disepakati dengan dokter. Sikap ramah dan cekatan yang ditunjukkan dokter serta perawat menenangkan ibu selama 10 hari rawat inap,” terang Heni yang sempat khawatir kondisi sang ibu yang telah berusia lanjut.
Gejala awal panas, dingin, mual dan muntah saat itu menjadi pemicu sang ibu menderita penyakit tersebut. Bagi Heni, kesehatan ibunya adalah hal utama yang harus ia upayakan.
“Surga itu adalah dibawah telapak kaki ibu. Upayanya ibu selalu sehat dan doanya selalu yang saya nantikan bersama keluarga. Kenyataannya memang kami selalu dimudahkan. Petugas administrasi rumah sakit juga sangat membantu. Kami hanya diminta menunjukkan Kartu Tanda Penduduk (KTP) saja sudah langsung dapat dilayani. Selain saya juga menunjukkan Kartu Indonesia Sehat (KIS) digital melalui unduhan di Aplikasi Mobile JKN. Benar-benar layanan komplit BPJS Kesehatan sekarang ini. Mudah, cepat dan tidak ribet serta tidak ada perbedaan layanan,” kata Heni.
Setelah 10 hari menjalani rawat inap disalah rumah sakit di Kabupaten Tuban, Heni masih harus mengantar kontrol ibunya kembali. Lagi-lagi Heni dibuat terkesima karena ia tidak mengeluarkan biaya sama sekali.
“Andaikan saya dan keluarga masih menolak layanan JKN untuk menjamin kesehatan kami sekeluarga, berapa rupiah harus dikeluarkan. Tentunya itu sangat berat dan menjadikan beban kami sekeluarga. Kadang, masih saja ada yang mengatakan jika layanan JKN ini biasa saja. Namun jika sudah mengetahui dan merasakan sendiri jika menggunakan layanan JKN itu sangat bermanfaat, saya pastikan tidak akan pindah kelain hati. Jika sakitnya ringan, mungkin belum terasa, namun berbeda jika sudah mengalami sakit yang membutuhkan biaya yang besar,” tutur Heni.
Heni sekeluarga pun bertekad untuk mengelola hidup sehat agar bisa bermanfaat bagi sekitarnya. Menurutnya dengan tubuh yang sehat, ia dapat beraktivitas dengan baik dan meringankan beban suami.
“Walaupun sudah terdaftar menjadi peserta JKN, bukan berarti menggampangkan kesehatan. Artinya tidak perlu takut sakit karena sudah ada yang menjamin. Itu benar, namun bukan begitu maknanya. Karena dengan sehat dan hati yang bahagia, anak-anak saya pun akan bahagia. Mengingat suami saya kerjanya diluar kota maka dengan sehat, bebannya akan terasa ringan. Menjaga pola makan dan olah raga teratur akhirnya menjadi prioritas. Terima kasih banyak BPJS Kesehatan, semoga layanannya semakin prima untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat”, tutup Heni. (Red)