Bojonegoro, sidik nusantara – Aldi Supmana (44) sangat bersyukur akses layanan kesehatannya bisa dijamin Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Pasang surut kondisi kesehatannya mengharuskan ia harus menjalani rawat inap.
Menurutnya jika sejak lama ia belum terdaftar menjadi pesertanya tentu saat sakit biaya yang dikeluarkan sangat banyak. Ia pun setiap bulannya rutin untuk membayar iuran JKN agar kepesertaannya tetap aktif. Aldi sadar jika prinsip gotong-royong yang digaungkan oleh BPJS Kesehatan benar-benar nyata dan terbukti.
Pada saat itu, ia merasakan jantungnya berdebar kencang, mengalami sesak napas, serta tubuhnya menjadi lemas. Pada malam yang sama, keluarganya segera membawanya ke Unit Gawat Darurat (UGD) rumah sakit yang telah bekerja sama dengan BPJS Kesehatan.
“Beruntung dengan kepesertaan JKN aktif sehingga semuanya pun mudah dan tanpa ribet. Tidak ada salahnya juga membayar iuran tepat waktu sehingga saat-saat genting seperti ini tidak terjadi kepanikan. Selanjutnya tim medis yang menangani saya pun memberikan penanganannya dengan sangat baik dan cepat,” tuturnya, Senin (03/11).
Selama hampir lima hari, Aldi pun akhirnya menjalani rawat inap. Kondisi kesehatannya berangsung membaik. Ia sangat bersyukur telah sedia payung sebelum hujan sehingga tidak membebani keluarganya.
“Akhirnya saya pun menyadari jika prinsip gotong-royong ini bahwa setiap peserta yang sehat membantu peserta lainnya yang sedang sakit. Selanjutnya, Iuran setiap bulan yang di bayar rutin menurut saya adalah wujud nyata prinsip gotong-royong. Kita tidak pernah mengetahui kapan sakit itu akan datang. Namun seandainya saat sehat dapat berkontribusi maka akan menjadi ladang pahala kita. Saya pun berjanji akan selalu membayar iuran tepat waktu karena nilainya tidak sebanding dengan besarnya biaya pengobatan saya,” jelas bapak satu orang anak ini.
Aldi sempat membayangkan jika banyak peserta JKN yang menunda iuran pembayarannya. Tentu dampaknya mungkin saya Program JKN ini tidak dapat berkelanjutan. Ia mulai berpikir bahwa apabila banyak peserta JKN menunggak iuran, maka prinsip gotong-royong yang menjadi ciri utama BPJS Kesehatan tidak akan dapat terwujud.
“Penyakit seperti gagal ginjal dan harus cuci darah pun sepertinya tidak akan sanggup jika menggunakan uang pribadi. Terima kasih banyak untuk BPJS Kesehatan yang telah meringankan beban biaya pengobatan saya,” ulasnya.
Aldi mengaku ingin berkontribusi untuk keberlangsungan layanan JKN. Melalui menjadi peserta JKN, ia ingin belajar tentang empati dan solidaritas.
“Kini, setiap kali membayar iuran, saya merasa bangga dan bersyukur karena bisa berkontribusi untuk layanan JKN. Tentunya dapat menjadi penyambung hidup bagi seseorang yang sedang berjuang untuk sembuh dari sakitnya. Dengan membayar iuran tepat waktu, harapannya Program JKN ini dapat terus berkelanjutan. Dan semoga layanan JKN semakin bagus sehingga kepuasan pesertanya meningkat,” harap pemuda asal Kelurahan Ledok Wetan, Kabupaten Bojonegoro ini.
Aldi juga menuturkan jika membantu sesama bukan hanya kewajiban saja. Menurutnya wujud nyata peserta JKN dapat meningkatkan rasa kebersamaan dan cinta kasih.
“Karena menurut saya dengan bergotong-royong artinya sedang menanam benih kebaikan. Manfaatnya suatu saat juga akan kembali pada kita sendiri. Hari ini kita menolong orang lain, besok bisa jadi kitalah yang ditolong. Membayar iuran JKN tepat waktu adalah bentuk cinta dan empati saya untuk peserta JKN yang sedang sakit apalagi biaya pengobatannya mahal. Terima kasih banyak BPJS Kesehatan, manfaatnya sangat luar biasa,” tutup Aldi. (Red)














