Bakesbangpol Bojonegoro Gelar FGD Pencegahan Intoleransi dan Radikalisme di Kalangan Pelajar

Bojonegoro, News89 Dilihat

Bojonegoro, sidik nusantara – Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Bakesbangpol) Kabupaten Bojonegoro menggelar Forum Group Discussion (FGD) bertema “Pencegahan Intoleransi dan Radikalisme di Kalangan Generasi Muda pada Era Digitalisasi”, Selasa (25/11/2025). Kegiatan ini digelar sebagai upaya memperkuat pemahaman generasi muda agar lebih bijak dalam menyikapi dinamika sosial maupun perkembangan teknologi informasi.

FGD ini dilaksanakan sebagai respon atas maraknya kasus perundungan pelajar yang berujung pada aksi anarkis, serta meningkatnya aksi anarkis di sejumlah daerah di Indonesia yang mengakibatkan kerusakan fasilitas pemerintah. Meski demikian, situasi Kabupaten Bojonegoro dilaporkan tetap kondusif.

Kepala Bakesbangpol Bojonegoro, Mahmudi, S.Sos., MM menyampaikan bahwa pelajar menjadi kelompok penting untuk diberi pemahaman sejak dini. Pasalnya, salah satu aktor dalam kasus perundungan yang memicu insiden serius tersebut berasal dari kalangan pelajar. Karena itu, siswa tingkat SMA dikumpulkan untuk mendapatkan pembekalan bersama dengan narasumber dari TNI-Polri dan Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga (Dinpora).

“Inti dari kegiatan ini adalah bagaimana mengajak pelajar untuk bijak dalam bermedia sosial dan mampu menyikapi situasi yang berpotensi menimbulkan tindakan anarkis,” jelas Mahmudi.

Melalui FGD ini, Bakesbangpol berharap muncul langkah tindak lanjut yang lebih konkret, yakni memperkuat sinergi antara pemerintah daerah, Satgas Antisipasi Perundungan, pihak sekolah, orang tua, serta para pelajar. Kolaborasi ini dinilai penting untuk membangun lingkungan pendidikan yang aman, damai, dan bebas dari intoleransi maupun radikalisme.

Selain pemaparan materi dari narasumber, kegiatan FGD juga diisi dengan sesi dialog interaktif yang memungkinkan pelajar menyampaikan pandangan dan kegelisahan mereka terkait maraknya konten negatif di media sosial. Para siswa diajak memahami bagaimana informasi yang salah, ujaran kebencian, maupun provokasi dapat memicu tindakan intoleran hingga aksi kekerasan.

Dalam kegiatan ini ditekankan bahwa ruang digital saat ini menjadi medan yang rawan untuk penyebaran paham radikal, terutama bagi generasi muda yang aktif menggunakan gawai.

“Karena itu, kemampuan literasi digital menjadi kunci untuk menangkal dampak buruk dari penyalahgunaan media sosial,” imbuh Kepala Bakesbangpol.

Tak hanya membahas bahaya radikalisme, FGD juga menyoroti pentingnya membangun karakter pelajar agar lebih peduli terhadap lingkungan sosial. Para pelajar didorong untuk berperan sebagai agen perdamaian dengan cara menghindari perundungan, tidak mudah terprovokasi, serta ikut menjaga kerukunan antar teman.

Mahmudi menegaskan bahwa upaya pencegahan tidak bisa hanya dilakukan oleh pemerintah, tetapi harus melibatkan semua pihak. Sinergi antara sekolah, orang tua, TNI-Polri, dan para pemuda menjadi langkah strategis untuk menciptakan ruang belajar yang aman dan produktif.

“Saya berharap kegiatan ini bukan hanya berhenti pada diskusi, tetapi menjadi langkah awal untuk gerakan bersama dalam menciptakan lingkungan yang kondusif bagi tumbuh kembang generasi muda,” ujarnya.

Dengan terselenggaranya FGD ini, Bakesbangpol Bojonegoro menargetkan lahirnya pemahaman baru di kalangan pelajar agar lebih siap menghadapi tantangan era digital. Melalui kolaborasi berkelanjutan, pemerintah berharap kasus perundungan, intoleransi, dan potensi radikalisme dapat dicegah sejak dini. (Red)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *